Memohon Mati Syahid
Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim
Memohon Mati Syahid adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-
Memohon Mati Syahid
Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala berkata:
وعَنْ جابر بن عبدِ اللَّهِ رضي اللَّه عنْهُما قال : جِيءَ بابي إلى النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قدْ مُثِّل بِهِ فَؤُضعَ بَيْنَ يَديْه ، فَذَهَبْتُ أَكْشِفُ عنْ وجهِهِ فَنَهاني قَوْمٌ فقال النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « ما زَالَتِ الملائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِها » . متفقٌ عليه .
Dan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: “Jenazah ayahku dibawa dan ketika itu fisik beliau telah dicabik-cabik. Lalu kemudian jenazah ayahku tersebut diletakkan di depan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka aku pun datang untuk membuka wajahnya, namun kaumku melarangku. Disaat itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Para malaikat terus menaungi jenazahnya dengan sayap-sayap mereka.`” (Muttafaqun ‘alaihi)
Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang keutamaan Abdullah Al-Anshari (ayah dari Jabir Radhiyallahu ‘Anhuma). Dan pada sehari sebelum Abdullah ini mengikuti peperangan, ketika malam hari beliau telah berpesan kepada Jabir supaya membayar hutang-hutangnya, tentu dengan harta-harta yang juga ditinggalkan oleh Abdullah.
Hadits ini juga tentu memberikan pelajaran kepada kita tentang orang-orang musyrikin. Mereka adalah orang-orang yang memang tidak menjaga kehormatan-kehormatan kaum muslimin. Mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan dengan orang-orang beriman. Dan mereka tidak pula mengindahkan perjanjian dengan orang-orang muslimin.
Hadits ini juga menjelaskan kepada kita bahwa keluarga orang yang meninggal dari karib kerabatnya, apalagi yang menjadi mahramnya, mereka boleh melihat jenazah itu. Kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu yang memang tidak diperkenankan untuk melihat. Ini kalau ada hal-hal yang mungkin tidak sepatutnya dilihat. Seperti dalam kejadian yang disebutkan dalam hadits ini.
Termasuk kejadian yang baru berlalu -dan semoga Allah Ta’ala mengangkat untuk selamanya- ketika wabah corona menimpa bumi ini, banyak orang yang meninggal dan keluarga mereka tidak bisa melihat.
Jadi pada dasarnya melihat wajah orang yang telah meninggal (terutama bagi kerabatnya) adalah hal yang dibolehkan dalam agama, kecuali dalam kondisi tertentu.
Kemudian hadits ini juga menjelaskan kepada kita tentang mengingkari suatu kemungkaran dan cara yang baik dan lembut. Kita melihat di sini bahwa Abdullah telah meninggal, wajahnya telah tercabik-cabik oleh beberapa jenis senjata. Lalu kemudian akan dilihat oleh putranya, ini tentu ada hal yang negatif disaat itu. Makanya kaumnya Jabir mencegah Jabir untuk melihat ayahnya.
Dan juga kita melihat di sini tentang perilaku Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan hikmah beliau di dalam berdakwah. Beliau yang harus kita jadikan teladan. Bagaimana hikmah beliau dalam menasihati umatnya. Dan beliau memberikan kepada mereka berita gembira di dunia sebelum di akhirat.
Intinya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang yang betul-betul hikmah dalam beliau berdakwah, menasihati, dan cinta kasih beliau kepada umat ini. Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam orang yang sangat mencintai umatnya. Beliau ingin menyelamatkan umat beliau. Hal ini telah disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang seorang Rasul dari golongan kalian, sangat berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat bersemangat untuk menyeru umatnya, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]: 128)
Hadits ini juga menjelaskan kedudukan tinggi dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang yang mati syahid. Diberitahukan dalam hadits ini yang menunjukkan salah satu keutamaan mereka, bahwa Abdullah yang meninggal saat itu terus dinaungi oleh para malaikat dan sayap-sayap mereka. Ini menunjukkan kedudukan tinggi para syuhada yang wafat meninggal dalam peperangan. Tentunya peperangan yang benar-benar bertujuan untuk meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Memohon Mati Syahid
وعَنْ سهل بن حُنَيْفٍ رضي اللَّه عنهُ أنَّ رَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « مَنْ سأَلَ اللَّه تعالى الشَّهَادةَ بِصِدْقٍ بلَّغهُ منَازِلَ الشُّهَداءِ وإنْ ماتَ على فِراشِهِ » . رواه مسلم .
Dari Sahl bin Hunaif Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta’ala agar dia mati syahid dengan betul-betul jujur, niscaya Allah akan menyampaikan orang itu pada kedudukan orang-orang yang mati syahid, meskipun orang itu mati di atas kasurnya.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang kedudukan para syuhada yang mulia di sisi Allah Ta’ala.
Kemudian yang kedua hadits ini menjelaskan kepada kita tentang kejujuran dan kebenaran di dalam berniat dan memohon kepada Allah Ta’ala. Maka Allah akan menerima, dan Allah Maha Mengetahui hati-hati manusia. Allah tidak bisa dibohongi, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam dada setiap hamba.
Ini pentingnya niat. Makanya niat terkadang menjadikan seseorang mendapat pahala walaupun dia belum melakukannya. Ini satu rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalla. Terkadang seorang dengan niatnya yang jujur dan ikhlas karena Allah Ta’ala, maka dia mendapatkan apa yang diinginkannya, walaupun dia belum melakukannya. Hal ini karena keikhlasan dalam memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52290-memohon-mati-syahid/